Mountain sickness atau Acute Mountain Sickness (AMS) adalah kondisi yang terjadi akibat perubahan ketinggian secara cepat tanpa adanya adaptasi tubuh yang cukup. Biasanya, kondisi ini dialami oleh para pendaki yang naik ke ketinggian di atas 2.500 meter di atas permukaan laut (mdpl) dalam waktu singkat.
Bagi para pendaki gunung, pemahaman mengenai mountain sickness sangat penting untuk mencegah risiko kesehatan yang berbahaya. Dalam artikel ini, kita akan membahas penyebab, gejala, serta cara mencegah dan mengatasinya agar perjalanan mendaki tetap aman dan nyaman.
Apa Itu Mountain Sickness?
Mountain sickness atau Acute Mountain Sickness (AMS) adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kurangnya oksigen di ketinggian. Saat mendaki ke dataran tinggi, tekanan udara menurun sehingga kadar oksigen yang dihirup lebih rendah dibandingkan di dataran rendah.
Ketika tubuh tidak memiliki cukup waktu untuk beradaptasi dengan kondisi ini, muncullah gejala mountain sickness, yang dapat ringan hingga berat, tergantung pada seberapa cepat seseorang naik ke ketinggian dan seberapa baik tubuhnya beradaptasi.
Penyebab Mountain Sickness
Mountain sickness terjadi karena tubuh mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan tekanan udara dan kadar oksigen yang lebih rendah di ketinggian.
Faktor yang dapat meningkatkan risiko mountain sickness antara lain:
✅ Pendakian terlalu cepat tanpa jeda aklimatisasi yang cukup
✅ Kurangnya kadar oksigen di udara yang semakin tipis pada ketinggian tertentu
✅ Dehidrasi akibat kurangnya asupan cairan selama pendakian
✅ Kurangnya persiapan fisik sebelum mendaki ke ketinggian ekstrem
✅ Riwayat AMS sebelumnya, di mana seseorang lebih rentan terkena kembali
Gejala Mountain Sickness
Gejala mountain sickness dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Berikut beberapa tanda-tanda yang perlu diwaspadai:
1. Gejala Ringan (Acute Mountain Sickness – AMS)
🔹 Sakit kepala ringan hingga sedang
🔹 Mual dan kehilangan nafsu makan
🔹 Pusing dan lemas
🔹 Kesulitan tidur atau insomnia
🔹 Napas pendek atau cepat
Biasanya, gejala ini bisa hilang dalam waktu 1-2 hari jika pendaki beristirahat dan melakukan aklimatisasi dengan baik.
2. Gejala Berat (High Altitude Cerebral Edema – HACE)
Jika AMS tidak ditangani, kondisi bisa berkembang menjadi HACE (High Altitude Cerebral Edema), yang lebih serius. Gejalanya meliputi:
🚨 Sakit kepala berat yang tidak mereda dengan obat
🚨 Kehilangan keseimbangan dan koordinasi tubuh
🚨 Halusinasi dan kebingungan
🚨 Kehilangan kesadaran atau koma
HACE adalah kondisi darurat yang bisa berakibat fatal jika tidak segera turun ke ketinggian lebih rendah!
3. High Altitude Pulmonary Edema (HAPE)
Selain HACE, mountain sickness juga bisa berkembang menjadi HAPE (High Altitude Pulmonary Edema), yaitu penumpukan cairan di paru-paru akibat tekanan tinggi di ketinggian.
Gejalanya meliputi:
⚠️ Napas pendek dan cepat, bahkan saat beristirahat
⚠️ Dada terasa nyeri dan sesak
⚠️ Batuk kering atau berdahak berbusa dan berdarah
⚠️ Kulit membiru (sianosis) akibat kekurangan oksigen
Seperti HACE, HAPE juga memerlukan penanganan segera dengan turun ke ketinggian yang lebih rendah dan mendapatkan bantuan medis.
Cara Mencegah Mountain Sickness
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan agar terhindar dari mountain sickness saat mendaki:
✅ Aklimatisasi Bertahap – Jangan naik terlalu cepat! Idealnya, naik tidak lebih dari 300-500 meter per hari setelah mencapai ketinggian 2.500 mdpl.
✅ Hidrasi yang Cukup – Minum air minimal 3-4 liter per hari untuk mencegah dehidrasi.
✅ Konsumsi Makanan Bergizi – Pilih makanan tinggi karbohidrat dan hindari alkohol atau kafein yang bisa memperburuk dehidrasi.
✅ Istirahat yang Cukup – Jangan terlalu memaksakan diri saat mendaki, tidur yang cukup juga membantu tubuh beradaptasi.
✅ Gunakan Obat Pencegahan – Obat seperti Acetazolamide (Diamox) dapat membantu tubuh beradaptasi lebih cepat, tetapi harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
Cara Mengatasi Mountain Sickness Jika Terjadi
Jika mengalami gejala mountain sickness, segera lakukan tindakan berikut:
1️⃣ Berhenti Mendaki & Istirahat – Jangan lanjutkan pendakian sebelum kondisi tubuh membaik.
2️⃣ Turun ke Ketinggian yang Lebih Rendah – Jika gejala memburuk, turun setidaknya 300-500 meter dari posisi saat ini.
3️⃣ Gunakan Oksigen Tambahan – Jika tersedia, gunakan tabung oksigen portable untuk membantu pernapasan.
4️⃣ Minum Air & Makan Makanan Bergizi – Ini membantu tubuh tetap kuat dan mempercepat adaptasi.
5️⃣ Gunakan Obat-obatan – Jika diperlukan, konsumsi obat seperti Ibuprofen untuk sakit kepala atau Diamox untuk mempercepat adaptasi tubuh.
Kesimpulan
Mountain sickness adalah kondisi yang umum terjadi saat mendaki ke ketinggian di atas 2.500 mdpl, tetapi bisa dicegah dan ditangani dengan langkah-langkah yang tepat. Penting bagi setiap pendaki untuk memahami gejala AMS dan melakukan pencegahan sejak awal agar perjalanan tetap aman dan nyaman.
Tips utama untuk mencegah mountain sickness:
✅ Jangan terburu-buru naik ke ketinggian tanpa aklimatisasi yang cukup
✅ Perhatikan gejala awal dan segera beristirahat jika merasa tidak nyaman
✅ Pastikan tubuh tetap terhidrasi dan cukup nutrisi selama pendakian
Dengan memahami mountain sickness, para pendaki bisa lebih siap menghadapi tantangan ketinggian dan menikmati petualangan mereka dengan lebih aman.
🔥 Pernah mengalami mountain sickness? Bagikan pengalamanmu di kolom komentar!